Sunset dan Rosie - By Tere Liye
Sunset dan Rosie
Karya : Tere Liye
“Nathan menjemput janji kehidupan, pergi selamanya.”
“Kau sungguh selalu baik dengan anak – anak. Selalu baik.”
“Semua kesedihan ini tidak akan mereda dengan segala kalimat
memuakkan itu. Semua kesedihan ini tidak akan terusir oleh seribu kalimat –
kalimat motivasi.”
“Hanya waktu yang selalu berbaik hati mengobati kesedihan.”
“Kau tidak ingin mereka lebih sedih dibandingkan kita, bukan
?”
“Akhirnya, cintaku yang teramat besar kepadamu bisa
mengalahkan cintamu yang teramat besar kepada Rosie.”
“Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua
hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan mendalam.”
“Percuma berdiri di sini sepanjang hari, sepanjang tahun,
tidak akan membantu. Tidak ada yang bisa membantu seain waktu. Tetapi agar
waktu berbaik hati, kita juga harus berbaik hati kepadanya.”
“Tidak pernah ada mawar yang tumbuh di tegarnya karang. Itu uratan
takdir yang menyakitkan.”
“… tentang arti kehilangan. Menanamkan betapa kepergian itu
indah.”
“Keluarga mereka sungguh bahagia. Mungkin hidup tak bisa
lebih baik lagi bagi mereka.”
“Kepergian tidak selalu berarti kesedihan berkepanjangan.”
“Berthanlah, Ros. Sekuat yang bisa kau lakukan. Sisanya serahkan
pada waktu. Waktu akan mengubur seluruh kesedihan. Waktu akan membakar setiap
jengkal rasa sakit.”
“… kesedihan itu menarik pikirannya ke dalam pengertian baru
akan realita keseharian.”
“… lihatlah kunang – kunang itu. Terbang dengan cahaya di
ekornya. Kecil tapi indah. Begitulah kehidupan. Kecil tapi indah.”
“Lilin itu membakar tubuhnya sendiri untuk mengeluarkan
cahaya. Begitulah kehidupan. Kita mengorbankan diri kita untuk sesuatu yang
lebih indah. Menerangi sekitar, tanpa peduli kalua itu menyakiti kita.”
“Tetaplah menjadi anak yang baik. Dan semoga Tuhan akan
berbuat baik kepada kita.”
“Tahukah kalian, dalam banyak hal justru orang dewasalah
yang banyak belajar kepada anak kecil ...”
“Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu
justru menjadi energy yang hebat buat siapa saja yang beruntung menjadi
pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang
pemuda, menyimpan perasaan sebesar itu justru mengungkung hidupnya, selamanya.”
“… harus belajar berdamai. Bukan melupakan.”
“Sungguh menyenangkan merasakan itu semua. Berdamai dengan
masa lalu yang menyakitkan. Berdamai bukan melupakan.”
“… dua puluh tahun dari sekarang kau akan lebih menyesal
atas apa – apa yang tidak pernah kau kerjakan disbanding atas apa – apa yang
kau kerjakan.”
“… janji kebahagiaan yang diberikan sunset ini tetap sama.”
“… tidak bisakah kau sedikit saja menyadari, kau selalu
punya kesempatan meneruskan hidup dengan baik …”
“… kita tidak boleh melupakan masa lalu. Berdamailah tapi
tidak melupakan.”
"Mereka harus tahu indahnya proses berdamai dengan masa lalu. Memaafkan siapa pun yang pernah menyakiti kita."
"Memahami indahnya menerima, memaafkan, tapi tidak melupakan."
"... kalau genggaman tangan bisa memberikan sugesti, semua akan baik - baik saja."
"Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan mmemaafkan diri sendiri."
"Menjemput janji kehidupan seiring cahaya matahari pagi terbit."
"Kebahagiaan dan rasa sedih itu terkadang tidak ada bedanya. Sama - sama membuat kita tidak bisa tidur."
"... tumbuh tampa perlu membenci masa lalu."
"Tersenyum hangat, tidak berubah sedikit pun dengan senyummu dulu."
"Yang pasti aku pernah mencintainya. Kami sempat bersama lebih dari empat tahun. AKu mencintainya meski itu dengan pengertian dan pemahaman cinta yang berbeda."
"Well, itu semua tinggal masa lalu. Tidak pantas bersedih, bukan ?"
"Aku takut aku akan merenggut janji kebahagiaan banyak orang."
"Bagi kami jauh lebih baik menikah dengan orang yang mencintai, bukan dengan orang yang dicintai."
"Aku dulu tidak pernah punya kesempata. Atau jangan - jangan maksud kalimat itu, aku tidak pernah punya keberanian untuk membuat kesempatan itu."
"Anak - anak tidak akan pernah bisa membenci ..."
"Itu tidak sesederhana itu, sayang. Tidak pernah sesederhana itu. Urusan ini bukan tentang lebih mencintai atau kurang mencintai. Bukan tentang masih mencintai atau tidak lagi mencintai."
"Terlalu lama maka semakin terasa hambar kenangannya, hilang rasa spesialnya. Bagiku jauh lebih menyenangkan menyimpan sepotong kejadian yang hanya selintas terjadinya. Itu akan membuat penasaran saat mengenangnya, bukan ? Dibandingkan kejadian yang kita rekam dengan kamera dan foto, yang kita lihat berkali - kali. Tidak ada celah untuk membayangkan lagi kenangan itu."
"Jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya. Bahkan dalam banyak kesempatan jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang sepantasnya terjadi tapi kita tidak membuatnya terjadi, meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi."
"Apakah dunia memang begitu ? Kita tidak akan pernah mendapatkan sesuati jika kita terlalu menginginkannya. Kita tidak akan pernah mengerti hakikat memiliki, jika kita terlalu ingin memilikinya."
"Tahukah kau, Tegar, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal - hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan."
Komentar
Posting Komentar